Diperkenalkan di berbagai bagian benua Eropa pada tahun 1582, dan di Inggris tahun 1752
Perubahan kalender ini satu-satunya revisi yang terjadi pada masa Kekristenan.
Sebagaimana halnya bagi bangsa Yahudi, bangsa Romawi kuno juga memakai 7 hari dalam sepekan. Kaisar Julius, penguasa tunggal pertama, atau diktator Roma, muncul dengan rencana pembaruan kalender, pada abad pertama sebelum Kristus (46 SM). Ia menetapkan satu tahun persis 365 1/4 hari, dengan mengumpulkan “kelebihan” waktu itu sehingga satu tahun menjadi 366 hari setiap tahun keempat.
“Kelebihan” waktu itu dikumpulkan karena jangka waktu sesungguhnya bumi mengelilingi matahari itu hanya memerlukan kurang dari 365 1/4 hari!) Walau kalander Julian itu lebih lama 11 menit 10 detik, namun hanya dibatasi sampai masa 12 bulan, dan menentukan nama bulan ketujuh (Juli) dengan namanya sendiri. Kalender Julian juga tetap memakai 7 hari sepekan kitab Kejaclian. Hanya masalahnya ialah bahwa sistem ini menambahkan satu hari penuh setiap empat tahun, yang membuat satu tahun itu menjadi 365 hari, 5 jam, 49 menit, sehingga membuat kelebihan waktu kalender, tetapi bukan waktu sebenarnya.
Pada abad ke-16 era Kekristenan, kelebihan waktu yang bertambah kepada kalender Julian hingga waktu itu adalah 10 hari lebih maju daripada waktu sesungguhnya, sehingga Paus Gregory XIII setuju untuk mengambil inisiatif memperbaiki gep (jurang) kelebihan waktu itu..
Pada tahun 1582, agar ketidaktepatan kalender seperti sebelumnya jangan terulang lagi, seorang pakar astronomi Italia membuat satu formula baru, yang akhirnya disetujui oleh Paus Gregory pada tahun itu juga. Cara ini mengusulkan bahwa setiap seratus tahun, atau tahun ke seratus (1800, 1900, 2000, 2100, dan sebagainya) tidak boleh dihitung sebagai tahun kabisat, kecuali setiap tahun keempat ratus, dimulai dari tahun 2000. Formula ini berfungsi untuk menjaga agar pada hampir setiap masa cocok dengan penanggalan kalender. Jadi perbedaan menit yang ada pada penanggalan sipil dan yang sebenarnya pada skema Gregorian tidak akan mencapai menjadi satu hari saja dalam jangka waktu 5000 tahun!
Perubahan kalender ini satu-satunya revisi yang terjadi pada masa Kekristenan.
Sebagaimana halnya bagi bangsa Yahudi, bangsa Romawi kuno juga memakai 7 hari dalam sepekan. Kaisar Julius, penguasa tunggal pertama, atau diktator Roma, muncul dengan rencana pembaruan kalender, pada abad pertama sebelum Kristus (46 SM). Ia menetapkan satu tahun persis 365 1/4 hari, dengan mengumpulkan “kelebihan” waktu itu sehingga satu tahun menjadi 366 hari setiap tahun keempat.
“Kelebihan” waktu itu dikumpulkan karena jangka waktu sesungguhnya bumi mengelilingi matahari itu hanya memerlukan kurang dari 365 1/4 hari!) Walau kalander Julian itu lebih lama 11 menit 10 detik, namun hanya dibatasi sampai masa 12 bulan, dan menentukan nama bulan ketujuh (Juli) dengan namanya sendiri. Kalender Julian juga tetap memakai 7 hari sepekan kitab Kejaclian. Hanya masalahnya ialah bahwa sistem ini menambahkan satu hari penuh setiap empat tahun, yang membuat satu tahun itu menjadi 365 hari, 5 jam, 49 menit, sehingga membuat kelebihan waktu kalender, tetapi bukan waktu sebenarnya.
Pada abad ke-16 era Kekristenan, kelebihan waktu yang bertambah kepada kalender Julian hingga waktu itu adalah 10 hari lebih maju daripada waktu sesungguhnya, sehingga Paus Gregory XIII setuju untuk mengambil inisiatif memperbaiki gep (jurang) kelebihan waktu itu..
Pada tahun 1582, agar ketidaktepatan kalender seperti sebelumnya jangan terulang lagi, seorang pakar astronomi Italia membuat satu formula baru, yang akhirnya disetujui oleh Paus Gregory pada tahun itu juga. Cara ini mengusulkan bahwa setiap seratus tahun, atau tahun ke seratus (1800, 1900, 2000, 2100, dan sebagainya) tidak boleh dihitung sebagai tahun kabisat, kecuali setiap tahun keempat ratus, dimulai dari tahun 2000. Formula ini berfungsi untuk menjaga agar pada hampir setiap masa cocok dengan penanggalan kalender. Jadi perbedaan menit yang ada pada penanggalan sipil dan yang sebenarnya pada skema Gregorian tidak akan mencapai menjadi satu hari saja dalam jangka waktu 5000 tahun!
Untuk mengembalikan kelebihan 10 hari kalender tahun sipil sesuai dengan jadwal yang sebenarnya, sepuluh hari itu pun dihilangkah (dianggap tidak ada). Jadi kalender Julian bukan diganti tapi disesuaikan, sehingga tanggal 5 Oktober dengan “Sistem Lama” disesuaikan menjadi tanggal. 15 Oktober. Nama dan jumlah bulan tahun Julian tetap digunakan, sebagaimana juga susunan biasa akan hari dalam satu pekan. Walau tanggal 5 Okltober pada “Sistem Lama” itu telah menjadi 15 Oktober, namun itu masih persis hari yang sama, yaitu hari Jumat pada tahun 1582.
Jadi tanggalnya yang diubah bukan harinya. Siklus mingguan bersejarah itu, rotasi pergantian ketujuh hari dalam sepekan itu tidak mengalami perubahan apa pun oleh penyesuaian yang diadakan oleh Paus -Gregory.
Untuk mengetahui lebih rinci tentang perubahan kalender, bacalah ensiklopedi yang terkenal seperti Ensiklopedi Brintannica, World Book, Golden Book, Chambers, dan sebagainya, dan juga Kamus Besar lainnya
0 comments:
Post a Comment